”Kenapa “kita” diperlakukan seperti ini”
”Kenapa “mereka” mencari panggung saat keadaan seperti ini”
“Kenapa “mereka” tidak berusaha mengatasi permasalahan ini malah sibuk menyelamatkan diri”
“Kenapa “kita” dijadikan tumbal atas keadaan ini”
Segudang
kata kenapa sudah sering kali aku dengar bulan ini. Semakin sering aku dengar,
semakin aku berpikir tentang “mereka”
yang mengucapkan kata kenapa. Memangnya dengan seringnya “kita” mengumpat dan mengeluh tentang “mereka” masalah akan selesai, “kita”
akan terselamatkan. Seandainya itu bisa terjadi aku akan dengan senang hati
ikut serta mencurahkan segala macam umpatan dan keluhan.
Tapi
nyatanya itu tidak terjadi, hal baik tidak kunjung datang dengan mengumpat dan
mengeluh, “mereka” tetap saja
bermain-main, dan “kita” semua
(walaupun dengan mengumpat dan mengeluh) tetap mengikuti permainan “mereka”. Pernahkah “kita” berpikir kenapa “mereka”
seperti itu dan kenapa “kita” seperti
ini.
“kita”
yang menunjuk “mereka” duduk disana.
Sebagian dari “kita” pula ikut serta
turun ke jalan mengedukasi masyarakat bahwa betapa baiknya “mereka”, betapa tulusnya “mereka”,
dan hal baik lainnya, layaknya “mereka”
adalah sosok sempurnya bagi “kita”.
Padahal kebaikan “mereka” hanya hadir
pada saat tertentu saja, bahkan bisa diprediksi hari dimana “mereka” akan menjadi baik.
Sebagian
dari “kita” memanfaatkan hal ini.
Memanfaatkan saat tertentu itu untuk meraih keuntungan, baik bagi dirinya
sendiri, maupun untuk lingkungan se”kita”rnya.
Pada saat tertentu itu mendadak ada program membangun balai desa, pertandingan
olahraga antar desa, dan acara2 lainnya yang membutuhkan biaya besar. Dan tentu
saja “kita” meminta “mereka” menjadi sponsornya. Tentu bukan
tanpa pamrih. “mereka” akan menuntut “kita” untuk memberikan suara.
Setelah
“mereka” duduk disana, “kita” sibuk mengumpat dan mengeluh
terhadap kelakuan “mereka” yang tidak
masuk akal.
Pola
seperti ini terus saja berlansung layaknya lingkaran setan. Tidak ada yang
berniat memutus lingkaran tersebut. Apakah dengan balai desa berdiri megah,
acara olahraga terlaksana dengan sukses, maka hidup “kita” untuk 5 tahun kedepan akan lebih baik? Sampai saat ini belum
ada perubahan. Biaya hidup masih mahal, sekolah masih mahal, lapangan pekerjaan
masih sulit.
“Kita” yang memilih “mereka”, “kita” pula yang mengumpat “mereka”.
Negara yang lucu, kayak lagunya “eñau”.
0 Comments