Pages

Thursday, December 22, 2016

Kalau saya bakalan galau

Gambar_Kata_Selamat_Hari_Natal_Dan_Tahun_Baru_2017

Seingat saya, belum pernah saya menulis tentang hal2 yang serius dan sangat sensitif, apalagi berbau politik. Namun, fenomena yang ramai terjadi saat ini bikin tangan gregetan pengen menulis sesuatu yang mungkin agak serius dikit.

Sebelumnya, saya mohon maaf klo ada salah kata, karena ilmu yang masih sejengkal dan perlu lebih banyak belajar.

Fenomena yang akan saya bahas disini adalah fenomena akhir tahun. Tentang ucapan ”Selamat Natal”. Beberapa kalangan dari umat muslim menilai bahwa ucapan selamat natal tidaklah pantas. Namun, disisi lain beberapa kalangan menyebutkan klo sebenarnya ucapan selamat natal tidaklah masalah.

Debat pro dan kontra banyak dibahas di sosmed. Awalnya saya tidak terlalu peduli (karena saya non-muslim), dan tidak mau ikut campur urusan keimanan orang lain. Namun, semenjak fenomena ini masuk ke dalam salah satu grup yang saya ikuti, grup yang beranggotakan orang2 yang longor alias sedikit gila (hehehe), karena membahas tentang hal2 yang sama sekali tidak penting, timbul keinginan untuk berpendapat.

Karena, menurut hemat saya, grup tersebut (yang saya ikuti) berfungsi untuk menghilangkan kejenuhan di sela2 hari yang menuntut keseriusan. Setidaknya grup tersebut tidak jarang membuat saya tersenyum dan tertawa.

Saya tidak akan membahas tentang siapa benar dan siapa salah. Yang saya ingin sampaikan disini adalah rasa penasaran terhadap sikap dari pemerintah nantinya.

Saya berpikir, mungkin sekarang pemerintah sedang dilanda kebingungan. Di satu sisi, para pejabat pemerintah yang beragama islam tidak boleh mengucapkan selamat natal kepada masyarakatnya. Sedangkan di sisi lain, pejabat pemerintah tersebut memiliki masyarakat yang heterogen.

Jika beliau hanya mengucapkan “selamat” untuk hari raya agamanya saja, maka ia akan dianggap pilih kasih. Tapi, jika ia mengucapkan “selamat” untuk hari raya agama lain (semua agama dan keyakinan yang diakui pemerintah), maka ia akan mendapat cap sebagi orang yang tidak mengimani agamanya sendiri.

Seperti makan buah simalakama…

Apapun yang dilakukan oleh pejabat tersebut, kesemuanya berpotensi menurunkan citra pemerintah.

Ada yang bilang ini adalah fenomena setiap tahun. Tapi saya melihat klo fenomena ini baru terjadi sekitar 2 – 3 tahun kebelakang, dan terus berkembang semakin besar. Mungkin karena dulu sosmed tidak se-booming sekarang, atau mungkin karena masyarakat muslim sekarang telah melek ilmu agama, I don’t know.

Tapi, ada sebuah teori konspirasi yang menyebutkan bahwa fenomena ini dimaksudkan untuk menciptakan kegaduhan untuk memecah belah NKRI. Saya pribadi melihat teori tersebut ada benarnya. Karena, semua datang secara bersama2, mulai dari kembalinya komunis, agresi cina, ketidakpekaan pemerintah terhadap isu kemanusiaan, penistaan agama, sampai “selamat natal”, yang kesemuanya berpotensi besar melemahkan pemerintahan. Jika pemerintah lemah, maka sangat gampang dimanfaatkan oleh pihak2 berkepentingan untuk mencapai tujuannya.

Seperti kata pak jendral panglima, “negara asing sedang mengincar SDA Indonesia”, mungkin benar adanya.

Yang saya takutkan adalah, nasib Negara kita akan sama seperti kerajaan majapahit dulu. Setelah susah payah mempersatukan nusantara, akhirnya pecah belah akibat ketidak jelian kerajaan pusat melihat benih2 perpecahan. Dan akhirnya, perlu 350 tahun lagi agar nusantara kembali menjadi satu kesatuan.

Mudah2an itu tidak terjadi…!!!

Demikian tulisan ini saya buat sebenar2nya (benar asli hasil pemikiran saya pribadi) tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

 

Wuiiiiih, panjang ya tulisannya…hahaha. Baru kali ini nulis segini banyak. Biasanya copy paste…hahaha.

0 comments:

Post a Comment